Powered By Blogger

Kamis, 17 April 2014

SM3T : Sarjana Mendidik di Daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal)

LATAR BELAKANG
Di Indonesia masih terdapat beberapa wilayah peyelenggaraan pendidikan masih terdapat berbagai permasalahan, terutama pada daerah yang tergolong terdepan, terluar, dan tertinggal (daerah 3T). Beberapa permasalahan penyelenggaraan pendidikan, utamanya di daerah 3T antara lain adalah permasalahan pendidik, seperti kekurangan jumlah (Shortage), distribusi tidak seimbang (unbalanced distribution), kualifikasi di bawah standar (under qualification), kurang kompeten (low competencies), serta ketidaksesuaian antara kualifikasi pendidikan dengan bidang yang diampu (mismatched). Permasalahan lain dalam penyelenggaraan pendidikan adalah angka putus sekolah juga masih relatif tinggi, sementara angka partisipasi sekolah masih rendah.
Peningkatan mutu pendidikan di daerah 3T perlu dikelola secara khusus dan sungguh-sungguh, utamanya dalam mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, agar daerah 3T dapat segera maju bersama sejajar dengan daerah lain. Menjadi perhatian khusus Kementerian Pendidikan Nasional, mengingat daerah 3T memiliki peran  strategis dalam memperkokoh ketahanan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kebijakan Kementerian Pendidikan Nasional dalam rangka percepatan pembangunan pendidikan di daerah 3T adalah Program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia. Program ini meliputi :
1.      Program Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi dengan Kewenangan Tambahan (PPGT)
2.      Program Sarjana Mendidik di Daerah 3T (SM-3T)
3.      Program Kuliah Kerja Nyata di Daerah 3T-dan PPGT (KKN-3T PPGT)
4.      Program Program Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi Kolaboratif (PPGT Kolaboratif)
5.      Program S-1 Kependidikan dengan Kewenangan Tambahan (S-1 KKT)
Program SM-3T sebagai salah satu Program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia ditujukan kepada para Sarjana Pendidikan yang belum bertugas sebagai guru, untuk ditugaskan selama satu tahun pada daerah 3T. Program SM-3T dimaksudkan untuk membantu mengatasi kekurangan guru, sekaligus mempersiapkan calon guru profesional yang tangguh, mandiri, dan memiliki sikap peduli terhadap sesama, serta memiliki jiwa untuk mencerdaskan anak bangsa, agar dapat maju bersama mencapai cita-cita luhur seperti yang diamanahkan oleh para pendiri bangsa Indonesia.

TUJUAN
Tujuan yang hendak dicapai dari program 3T adalah sebagai berikut :
  1. Membantu daerah 3T dalam mengatasi permasalahan pendidikan terutama kekurangan tenaga pendidik.
  2. Memberikan pengalaman pengabdian kepada sarjana pendidikan sehingga terbentuk sikap profesional, cinta tanah air, bela negara, peduli, empati, terampil memecahkan masalah kependidikan, dan bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa, serta memiliki jiwa ketahanmalangan dalam mengembangkan pendidikan pada daerah-daerah tergolong 3T.
  3. Menyiapkan calon pendidik yang memiliki jiwa keterpanggilan untuk mengabdikan dirinya sebagai pendidik profesional pada daerah 3T.
  4. Mempersiapkan calon pendidik profesional sebelum mengikuti Program Pendidikan Profesi Guru (PPG).

PESERTA
Peserta Program SM-3T adalah lulusan S-1 Kependidikan yang telah dinyatakan memenuhi syarat dan lulus seleksi, dan telah ditetapkan sebagai peserta Program SM-3T oleh LPTK Penyelenggara.

RUANG LINGKUP
  1. Melaksanakan tugas pembelajaran pada satuan pendidikan sesuai dengan bidang keahlian dan tuntutan kondisi setempat.
  2. Mendorong kegiatan inovasi pembelajaran di sekolah.
  3. Melakukan kegiatan ekstra kurikuler.
  4. Membantu tugas-tugas yang terkait dengan manajemen pendidikan di sekolah.
  5. Melakukan pemberdayaan masyarakat untuk mendukung  program pembangunan pendidikan di daerah 3T.
  6. Melaksanakan tugas sosial kemasyarakatan.

PRA KONDISI PELAKSANAAN
Sebelum peserta diberangkatkan ke daerah sasaran untuk melaksanakan program SM-3T ini, dilakukan program prakondisi yang dilaksanakan oleh LPTK penyelenggara untuk membekali kesiapan akademik, mental, fisik, dan survival (ketahanmalangan) mereka. Program prakondisi ini diawali dengan pemberian orientasi umum tentang pendidikan di daerah 3T, dengan materi: (1) membawa peserta ke alam psikologis dan sosiologis daerah sasaran melalui pemutaran film Laskar Pelangi; (2) pemberian informasi tentang kondisi pendidikan di daerah 3T yang antara lain tentang kekurangan tenaga guru, disparitas kualitas, mismatched, tingginya angka putus sekolah, dan rendahnya angka partisipasi sekolah; dan (3) orientasi tentang sosial budaya daerah sasaran.
Program prakondisi meliputi lima kegiatan, yaitu:
1.      Workshop pengembangan perangkat pembelajaran dan evaluasi.
Kegiatan workshop dimaksudkan untuk membekali para peserta agar memiliki kemampuan dan keterampilan mengembangkan perangkat pembelajaran dan evalausi hasil belajar. Jumlah peserta dalam satu kelas workshop (rombongan belajar) sebanyak 25 orang dan difasilitasi oleh dua orang instruktur. Workshop pengembangan perangkat pembelajaran ini dilaksanakan dengan pola 40 JP atau 4 hari (1 JP = 50 menit) dilakukan dengan skenario sebagai berikut.
  1. Peserta difasilitasi instruktur melakukan orientasi dan diskusi model-model silabus, RPP, lembar kerja siswa (LKS), rancangan bahan ajar, media, dan instrumen asesmen.
  2. Peserta memilih standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang akan dikembangkan menjadi perangkat pembelajaran.
  3. Peserta didampingi instruktur mengembangkan perangkat pembelajaran, yang terdiri atas:
    1. Silabus (SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, dan sumber belajar)
    2. RPP (sekurang-kurangnya memuat: perumusan tujuan/ kompetensi, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan sumber/media pembelajaran, skenario pembelajaran, dan penilaian proses dan hasil belajar).
    3. Rancangan bahan ajar
    4. Media pembelajaran
    5. LKS dan perangkat evaluasi.
  1. Peserta mempresentasikan perangkat pembelajaran yang dikembangkan untuk mendapatkan masukan dari instruktur dan peserta lain, kemudian melakukan perbaikan atas dasar masukan tersebut.
Dalam pengembangan perangkat pembelajaran, peserta juga harus dibekali kemampuan mengembangkan perangkat pembelajaran untuk pendidikan pada kondisi khusus, seperti kelas rangkap dan pembelajaran multi subjek.
2.      Pelatihan melaksanakan tugas kependidikan pada kondisi khusus/tertentu (contoh: mengajar kelas rangkap)
Kegiatan pelatihan ini dimaksudkan untuk membekali peserta Program  SM-3T agar memiliki kemampuan mengajar termasuk kesiapan mengajar pada kelas rangkap dan mengajar multi subjek. Oleh karena itu, materi yang diberikan pada kegiatan pelatihan ini ditekankan pada praktik mengajar (dalam bentuk peer teaching) kelas rangkap serta kemampuan mengajar multi subjek yaitu kemampuan mengajar mata pelajaran lain diluar bidang keahliannya. Pelatihan melaksanakan tugas kependidikan pada kondisi khusus difasilitasi oleh dua orang instruktur untuk setiap rombongan belajar dengan alokasi waktu 20 JP.
  1. Pembinaan Mental, Motivasi, dan Survival (Ketahanmalangan)
Pembinaan mental dimaksudkan untuk membangun karakter para peserta agar memiliki karakter tangguh  dan peduli terhadap sesama, serta memiliki jiwa ketahanmalangan dan tidak mudah menyerah ketika menghadapi persoalan hidup di daerah sasaran. Materi pembinaan ini meliputi pemberian motivasi, penyampaian wawasan, dan contoh-contoh nyata kelompok masyarakat dalam keadaan terbatas tetapi mampu bertahan hidup.
Dilanjutkan praktik di lapangan yang dapat berupa outbond dan pemberian pengalaman hidup yang penuh tantangan dan rintangan. Nara sumber kegiatan ini adalah dosen LPTK atau dapat berasal dari insitusi/masyarakat yang memiliki pengalaman dan wawasan yang relevan dengan kegiatan ini. Kegiatan pembinaan mental ini dilakukan dengan alokasi waktu 20 JP atau selama dua hari di luar kampus (out door) dengan situasi dan kondisi diupayakan mendekati situasi dan kondisi daerah sasaran. Pembinaan mental dan survival (ketahanmalangan) dimungkinkan terintegrasi dengan program prakondisi yang lain.
4.      Pelatihan keterampilan sosial kemasyarakatan
Pelatihan keterampilan sosial kemasyarakatan ini dimaksudkan untuk membekali kompetensi sosial dan kemasyarakatan kepada peserta agar mampu melaksanakan tugasnya dalam berkomunikasi secara aktif dengan pihak sekolah dan masyarakat. Alokasi waktu untuk  kegiatan pelatihan keterampilan sosial kemasyarakatan ini sebanyak 10 JP, dengan tiga pokok bahasan materi, yaitu:
a.      Kecepatan beradaptasi (sosioantropologi dan kemampuan komunikasi sosial)
b.      Pemberdayaan masyarakat dan keluarga (berbasis budaya, ekonomi, dan ekologi)
c.       Kepemimpinan
Nara sumber untuk materi yang terkait dengan butir (a) dan (b) adalah pejabat dari daerah sasaran yang relevan dan kompeten. Sedangkan nara sumber untuk materi butir (c) dapat diambil dari dosen LPTK penyelenggara yang kompeten pada bidang tersebut.
5.      Kursus Mahir Dasar Kepramukaan, Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara.
Kursus Mahir Dasar Kepramukaan dilaksanakan dengan maksud membekali keterampilan dasar kepramukaan kepada peserta agar memiliki jiwa pengabdian, nasionalisme, patriotisme, cinta tanah air Indonesia, dan bela negara. Kursus ini dilaksanakan oleh Gugus Depan Pramuka di LPTK bekerja sama dengan Kwartir Cabang Pramuka setempat. Kursus Mahir Dasar ini dilakukan selama 30 JP atau selama tiga hari di luar kampus (out door). Kegiatan (4) dan (5) dapat dilaksanakan secara terintegrasi

BIDANG STUDI
Bidang studi keguruan yang ada di dalam program SM3T adalah sebagai berikut :
PAUD
MATEMATIKA
SENI BUDAYA
IPA
PGSD
FISIKA
EKONOMI
TIK
PKn
BIOLOGI
BIMB. KONSELING
KETERAMPILAN
BAHASA INDONESIA
KIMIA
PENJASKES

BAHASA INGGRIS
GEOGRAFI
IPS



Tidak ada komentar:

Posting Komentar