Powered By Blogger

Jumat, 25 April 2014

PSIKOLOGI PENDIDIKAN MASYARAKAT (UTS)

1.    Deskripsi Permasalahan
Menjalani hidup sebagai anak jalanan bukanlah sebagai pilihan hidup yang menyenangkan. Ada banyak alasan yang menuntut mereka menjadi anak jalanan. Keberadaan anak jalanan berkaitan dengan kebutuhan dasar anak yang tidak terpenuhi dalam keluarga. Kebutuhan dasar ini meliputi kebutuhan fisik, psikis, sosial dan spiritual. Himpunan Mahasiswa Pemerhati Masyarakat Marjinal (HIMMATA) mengelompokkan anak jalanan menjadi dua golongan, yakni anak semi jalanan dan anak jalanan murni. Anak semi jalanan adalah anak-anak yang hidup dan mencari penghidupan di jalanan, namun masih memiliki hubungan erat dengan keluarganya. Anak jalanan murni adalah anak-anak yang hidup dan mencari penghidupan di jalanan serta tidak memiliki hubungan erat dengan keluarga (Asmawati, 2001). Sementara itu seperti yang dikemukakan oleh Tata Sudarajat (1999) anak jalanan dibagi dalam tiga kelompok, yaitu yang pertama, anak yang putus hubungan dengan keluarganya, tidak bersekolah, dan hidup di jalanan (childen the street). Kedua, anak yang berhubungan tidak teratur dengan keluarganya, tidak bersekolah, tetapi kembali kepada orang tuanya seminggu sekali, dua minggu sekali, atau sebulan sekali, yang biasanya disebut dengan anak yang bekerja di jalanan (children on th street). Dan ketiga, yaitu anak yang masih bersekolah, atau sudah tidak bersekolah, kategori ini masuk dalam kelompok anak yang rentan menjadi anak jalanan (vulnerable to be street children).
Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan sosial yang kompleks. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi arga, masyarakat dan negara. Berdasarkan dari peta permasalahan anak jalanan baik yang berada di kota besar dapat dipetakan permasalah sebagai berikut: 1) Anak jalanan turun ke jalan karena adanya desakan ekonomi keluarga sehingga orang tua menyuruh anaknya untuk turun ke jalan guna mencari tambahan untuk keluarga. Hal ini terjadi karena ketidak berfungsian keluarga dalam memenuhi kebutuhan keluarga. 2) Rumah tinggal yang kumuh membuat ketidak betahan anak berada di rumah, sehingga perumahan kumuh menjadi salah satu faktor pendorong untuk anak turun ke jalan. 3) Rendahnya pendidikan orang tua anak jalanan sehingga mereka tidak mengetahui fungsi dan peran sebagai orang tua dan juga ketidaktahuannya mengenai hak-hak anak. 4) Belum adanya payung kebijakan mengenai anak yang turun ke jalan baik kebijakan dari kepolisian, Pemda maupun Departemen Sosial. 5) Belum optimalnya social control di dalam masyarakat. 6) Belum berperannya lembaga-lembaga organisasi sosial, serta belum adanya penanganan yang secara multi sistem base. (Islamic Education, 2008)
Kota yang padat penduduknya dan banyak keluarga bermasalah membuat anak yang kurang gizi, kurang perhatian, kurang pendidikan, kurang kasih sayang dan kehangatan jiwa, serta kehilangan hak untuk bermain, bergembira, bermasyarakat, dan hidup mereka atau bahkan mengakibatkan anak-anak dianiaya batin, fisik dan seksual oleh keluarga, teman, orang lain yang lebih dewasa. Diantara anak-anak jalanan, sebagian ada yang sering berpindah antar kota. Mereka tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan dan hilangnya kasih sayang sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya berperilaku negatif. Seorang anak yang terhempas dari keluarganya, lantas menjadi anak jalanan disebabkan oleh banyak hal. Penganiayaan kepada anak merupakan penyebab utama anak menjadi anak jalanan. Penganiayaan itu meliputi mental dan fisik mereka. (Anonim, 2010)
Anak jalanan ini pada umumnya bekerja pada sektor informal. Fenomena anak jalanan ini muncul dalam bentuk eksploratif bersamaan dengan adanya transformasi sosial ekonomi masyarakat industrial menju masyarakat yang kapitalistik. Kaum marjinal ini mengalami distorsi nilai, diantara nilai tentan anak-anak, dengan demikian bukan hanya dipandang sebagai beban, tetapi sekaligus dipandang sebagai faktor ekonomi yang bisa dipakai untuk mengatasi masalah ekonomi keluarga. Dengan demikian, nilai anak dalam pandangan orang tua atau keluarga tidak lagi dilihat dalam kacamata pendidikan tetapi dalam kepentingan ekonomi. Sementara itu, nilai pendidikan dan kasih sayang semakin menurun dan anak dimotivasi untuk bekerja dan menghasilkan uang. Dalam konteks permasalahan anak jalanan, masalah kemiskinan dianggap sebagai penyebab utama timbulnya anak jalanan ini. Hal ini dapat ditemukan dari latarbelakang geografis, sosial ekonomi anak yang memang datang dari daerah-daerah dan keluarga miskin di pedesaan maupun kantong kumuh perkotaan.
Dalam membangun komunitas berdaya, berperadaban, bermatabat diantara orang-orang miskin di perkotaan melalui pendidikan alternative dengan model home based education merupakan bentuk kepedulian pendidikan luar biasa khususnya pada aspek pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan pada masyarakat miskin kota khususnya anak jalanan melalui pendidikan alternative ini pada dasarnya merupakan sarana substansial untuk membantu komunitas basis masyarakat keluar dari segala macam bentuk ketidakberdayaan di lingkungan perkotaan yang komplek. Prinsip dasar pendidikan alternatif yang diimplementasikan menggunakan model pendekatan problem posing educatin, learning by doing yang berbasis community based education.
Keberadaan anak di jalanan perlu dientaskan dan salah satu cara mengentaskannya adalah dengan menyelenggarakan rumah singgah. Dalam rumah singgah, anak jalanan diberikan pelayanan kesejahteraan sosial diantaranya melalui pemberdatyaan anak jalanan. Pemberdayaan pada anak jalanan dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh rumah singgah.
Menurut Depsos RI, rumah singgah hanya sebagai perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka sebagai proses informal yang memberikan suasana pusat realisasi dan sosial anak jalanan terhadap sistem nilai dan norma masyarakat. Secara umum tujuan dibentuknya rumah singgah adalah membantu anak jalanan dalam mengatasi masalah-masalah dan menemukan alternative untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Rumah singgah ini diharapkan tidak hanya menjadi tempat bernaung saja namun juga diharapkan dapat menjadi basis bagi pelayanan berikutnya, seperti pelayanan ksehatan dan pendidikan, pendampingan dan konseling bagi anak yang sedang bermasalah. Selain itu, rumah juga diharapkan menjadi ruang komunikasi yang harmonis antara anak dan pihak yang menaruh perhatian pada kehidupan anak. Keberadaan rumah singgah terhadap anak-anak jalanan sangat pentig peranannya untuk memperoleh masukan yang berkaitan dengan pembinaan yang menanamkan nilai-nilai normatif dan ilmu pengetahuan, serta kesempatan untuk bermain bersama anak-anak lain.

2.    Identifikasi permasalahan yang sesuai dengan karakteristik pendidikan masyarakat
Dari segi pendidikan masyarakat permasalah di atas memenuhi beberapa karakteristik.
a.       Relevan and fulfilling. Rumah singgah sebagai perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka sebagai proses informal yang memberikan suasana pusat realisasi dan sosial anak jalanan terhadap sistem nilai dan norma masyarakat. Secara umum tujuan dibentuknya rumah singgah adalah membantu anak jalanan dalam mengatasi masalah-masalah dan menemukan alternative untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Rumah singgah ini diharapkan tidak hanya menjadi tempat bernaung saja namun juga diharapkan dapat menjadi basis bagi pelayanan berikutnya, seperti pelayanan ksehatan dan pendidikan, pendampingan dan konseling bagi anak yang sedang bermasalah. Selain itu, rumah juga diharapkan menjadi ruang komunikasi yang harmonis antara anak dan pihak yang menaruh perhatian pada kehidupan anak.
b.      Nilai-nilai, masalah, sumber, potensi dari masyarakat. Permasalahan dasar yang ada pada komunitas anak jalanan ini berasal dari lingkungan keluarga. Dengan memberikan pengetahuan pada orang tua mengenai nilai-nilai yang ada pada masyarakat pada umumnya, penyuluhan mengenai resiko masalah yang akan terjadi bila anak dipekerjakan pada usia dini, dan mengembangkan potensi atau kelebihan yang dapat di lakukan oleh masyarakat sekitar untuk mengurangi masalah anak jalanan ini. Umumnya anak jalanan berorientasi pada nilai-nilai praktis yang melihat pada hasil. Dengan mengupayakan anak untuk menempuh pendidikan formal dan pelatihan keterampilan berbasis entrepreneur.
c.       Penyadaran tanggung jawab. Pemerintah maupun LSM tidak hanya memberikan masukan saja kepada masyarakat sekitar namun juga memantau proses dan hasil setelah masyarakat mendapatkan pelayanan. Sehingga masyarakat juga ikut berperan untuk mengurangi dan mengatasi permasalahan anak jalanan.
d.      Terjadi perubahan perilaku sesuai tujuan. Memberikan layanan pendidikan yang lebih difokuskan pada perubahan sikap mental, perilaku, dan upaya pemulihan lainnya agar anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dunianya kembali, serta dapat menyelesaikan program wajib belajar 9 tahun,
e.       Komitmen, menekankan motivasi positif. memberikan motivasi kepada anak-anak agar mereka dapat mengubah cara pandang dan pikiran mereka, menumbuhkan kembali mimpi dan cita-cita untuk bisa mendapat kehidupan yang lebih baik di masa depan, serta keyakinan bahwa mereka pasti apabila ada kemauan dan usaha.
f.       Terbangunnya rasa memiliki, masyarakat sekitar yang melihat fenomena anaka jalanan disekitarnya harus berupaya ikut serta dalam mendidik karakter anak jalanan agar dapat meningkatkan derajat hidupnya.
g.      Mengubah niat ketindakan, dalam merubah pola asuh anak jalanan harus melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat untuk berperan serta dalam membina anak dalam meningkatkan keterampilan si anak.
h.      Prosesnya partisipatif, masyakat disekitar ikut berpartisipasi dalam penanganannya dan pembinaan anak jalanan.
i.        Program yang jelas, baik dari segi input, proses, dan outout serta evaluasi yang dibuat untuk program lanjutan untuk si anak dibuat dengan continue dan sesuai dengan karakteristik dan kemampuan si anak.

3.    Identifikasi dan tabulasi faktor-faktor resiko.
Individu
Relasi
Komunitas
Masyarakat
·      Laki-laki, perempuan
·      Sekitar 7 tahun – 12 tahun
·      Putus sekolah
·      Child abuse
·      Pekerjaan mengamen, menjual koran, menyemir sepatu, dll.
·      Seks bebas
·      Tinggal di taman kota, emperan toko dan ada juga yang memiliki rumah
·      Kurang perhatian dan kasih sayang
·      Kehilangan masa bermain
·       Keluarga disfungsi
·       Kekerasan dalam keluarga
·       Tekanan sosial ekonomi
·       Tuntutan kebutuhan sehari-hari
·       Teman atau lingkungan yang berprofesi sama.
·       Tuntutan bekerja oleh keluarga
·     Anak jalanan
·     Kepadatan penduduk
·     Kepedulian keluarga kurang
·     Usia yang relatif muda
·     Bekerja di sektor informal
·      Kemiskinan
·      Tidak memiliki pekerjaan yang baik
·      Berasal dari keluarga yang tidak memiliki pengetahuan mengenai hak-hak anak
·      Tidak ada penegakan hukum perlindungan mengenai anak jalanan
·      Tidak memiliki akses terhadap pelayanan pendidikan kesehatan dan perlndungan.
·      Keberadaannya cenderung ditolak oleh masyarakat


4.    Contoh pelayanan dan contoh program pada level individual, relational, komunitas, dan masyarkat.

Level
Contoh Pelayanan
Contoh Program
Individual
·      Penangan kasus kekerasan pada anak jalanan
·      Penangan pekerja/eksploitasi pada anak
·      Pengetahuan mengenai seks bebas
·      Konseling untuk membantu permasalahan yang dihadapi anak
·      Memberikan pelayanan pendidikan gratis
·      Penyuluhan bagi anak mengenai pentingnya pendidikan
·      Memberikan pendidikan formal bagi anak jalanan
·      Memberikan ketrampilan tambahan bagi anak
·      Konseling bagi anak dalam menyelesaikan masalah
·      Memberikan pelayanan gizi, moral.
·      Perpustakaan gratis
Relasi
·      Penyuluhan bagi orang tua dan masyarakat di lingkungan sekitar mengenai hak-hak anak, kekerasan pada anak.
·      Penyuluhan bagi orang tua mengenai hak-hak anak
·      Pemberian ketrampilan bagi orang tua
Komunitas
·      Memberikan pendidikan ketrampilan sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat untuk membantu komunitas basis masyarakat keluar dari segala macam bentuk ketidakberdayaan di lingkungan perkotaan yang komplek.
·      Memfasilitasi dengan rumah singgah sebagai perantara sarana bagi anak jalanan.
·      Pelatihan ketrampilan tambahan untuk mengembangkan minat  anak jalanan
·      Didirikan rumah singgah
Masyarakat
·      Memberikan pengetahuan pada masyarakat mengenai anak jalanan sehingga dapat mengurangi stigma mengenai anak jalanan dan membantu permasalahan yang dihadapi anak.
·      Ada hukum yang melindungi anak jalanan dan penegasan hukuman pada orang sekitar yang melakukan eksploitasi.
·      Seminar mengenai profil, kehidupan, permasalahan yang dialami anak jalan.
·      Menerapkan hukum yang adil bagi anak jalanan

Referensi

Anonim. 2010. All About Anak Jalanan. Online. (diakses pada 19 April 2014, http://iamrabka.wordpress.com/2010/04/13/all-about-anak-jalanan/)
Islamic Education. 2008. Permasalahan Anak Jalanan dan Alternatif Pemecahannya. Online. (diakses pada 19 April 2014, http://t4rbiyah.blogspot.com/2008/01/permasalahan-anak-jalanan-dan.html)

Septiarti, S. Wisni, dkk. 2005. Pengembangan Program Pendidikan Alternatif Bagi Anak Jalanan (Sebuah Terobosan Pemberdayaan Masyarakat). Visi: Jurnal Pendidikan Non Formal (Nomor 03/XIII/2005 ISSN 1410 – 4342)

PSIKOLOGI PENDIDIKAN MSYARAKAT

PSIKOLOGI PENDIDIKAN MSYARAKAT

Kamis, 17 April 2014

REVIEW BUKU VI THE END OF SCIENCE (SENJAKALA ILMU PENGETAHUAN) (John Horgan )


Ø      LATAR BELAKANG
                 Segala sesuatu yang ada awalnya pasti ada akhirnya. Kebenaran pernyataan tersebut tidak perlu diragukan lagi. Segala sesuatu yang ada awalnya pasti mempunyai kelahiran dan diciptakan. Implikasinya maka iapasti akan menemui akhirnya atau kematiannya. Begitu juga dengan ilmu pengetahuan (science) yang lahir sejak manusia pertama ada di dunia inimemikirkan tentang alam semesta tempat ia tinggal, seharusnya memiliki akhir dimana setelah itu tidak ada lagi ilmu pengetahuan. Ketika upaya manusia untuk membongkar alam semesta ini berakhir.
             Filsafat hingga Ilmu Sosial dijelaskan pula bagaimana cabang-cabang ilmu pengetahuan tersebut telah mencapai kemajuan yang luar biasa pesat beberapa abad terakhir ini. Tetapi ironinya, kemajuan tersebut telah membawa ilmuwan kepada sebuah tembok yang tak bisa ditembus, tak bisa dijangkau. Ketidakberdayaan manusia menjangkau tembok tersebut akhirnya justru membunuh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sudah mati, sains sudah selesai. Saat itu sebagaimana dituliskan tak ada lagi yang perlu dibuktikan, tak ada lagi yang perlu dicapai, tak ada lagi yang lebih menarik.Ilmu pengetahuan telah mencapai titik nadinya.
Ø KONSERVATISME ILMU PENGATAHUAN
             Budaya ilmiah pernah jauh lebih kecil dan karena itu lebih rentan dengan perubahan yang cepat. Kini ilmu pengetahuan telah menjadi birokrasi intelektual, sosial dan politik yang besar, yang sukar ditandingi. Stuart. Kauffman, dalam percakapan kami, membandingkan konservatisme ilmu pengetahuan dengan konservatisme biologi evolusioner, dimana sejarah secara sungguh-sungguh menghambat perubahan. Tidak hanya ilmu pengetahuan tapi system-sistem gagasan lainnya terutama gagasan-gagasan yang memiliki konsekuensi social besar cenderung untuk “stabil dan membeku” selamanya. Kauffman menampilkan alasan yang sempurna kenapateori-teorinya yang radikal tentang asal-usul kehidupan dan asal-usul tatananbiologi selalu tertolak. Jika ada gagasan ilmiah yang membuktikankemampuannya untuk mengatasi semua penentangnya, maka gagasan itu adalah teori evolusi darwin.
Ø ASAL- USUL KEHIDUPAN YANG MISTERIUS
             Jika seorang penganut kreasionisme, akan berhenti menyerang teori evolusi, yang sangat didukung oleh catatan fosil dan memfokuskan perhatian pada asal-usul kehidupan. Teori asal-asul kehidupan merupakan sasis penopang paling lemah bagi biologi modern. Asal-usul kehidupan adalah mimpi penulis ilmu pengetahuan. Teori ini dipenuhi oleh ilmuan dan teori-teori eksotik, yang belum pernah sepenuhnya ditinggalkan atau diterima,hanya terus berlaku dan ketinggalan zaman.
             Salah satu peneliti asal-usul kehidupan yang paling rajin dan dihormati adalah Stanley Miller. Hasil penelitian miller ini tampaknya menyajikan bukti menarik bahwa kehidupan boleh jadi berasal dari apa yang disebut ahli kimia Inggris J.B.S Haldane sebagai “sop purba”. Setelah percobaan pada tahun 1953, Miler mendedikasikan dirinya untuk mencari rahasia kehidupan. Ia membangun reputasi baik sebagai pelaku percobaan yang teliti (eksperimentalis) dan seorang curmudgeon (orang yang cepat mengkritik pekerjaan yang menurutnya jelek). Suatu hari Miller bersumpah bahwa para ilmuwan akan menemukan molekul yang dapat memperbanyak dirinya yang menjai pemicu kisah besar evolusi. Ketika Miller melakukan ercobaannya yang terkenal pada tahun 1953, sebagian besar ilmuan masih meyakini keyakinan Darwin bahwa protein merupakan calon paling mungkin bagi molekul yang menciptakan dirinya sendiri, karena protein diperkirakanmampu memproduksi dan menata diri sendiri. Setelah menemukan bahwa DNA adalah dasar transmisi genetis dan sintesis protein, banyak penelitimulai mengutamakan nucleic acids ketimbang protein sebagai molekul purba.Namun pada rintangan utama dalam skenario ini. DNA tidak meciptakan protein, tidak pula bisa mengcopy dirinya tanpa bantuan protein katalitas yang disebut enzim. Kenyataan ini bahwa teka-teki asal usul kehidupan pada permasalahan klasik telur dan ayam mana yang duluan, protein atau DNA? Para ilmuwan mungkin menemukan bukti kehidupan di luar bumi dimasa depan. Penemuan seperti itu akan menggabungkan semua ilmupengetahuan, filsafat, dan pemikiran manusia.
             Stepen Jay Gould dan RichardDawkins mungkin bisa memantapkan argumentasi mereka tentang apakahseleksi alam adalah fenomena kosmis atau hanya fenomena terestrial saja(meskipun masing-masing tak diragukan lagi akan menemukan bukti yangmenguatkan pandangan mereka). Pada buku ini Darwin mendasari teori seleksi alamnya dengan duapenelitian yaitu pertama tumbuhan dan hewan biasanya melahirkan banyak keturunan melebihi kemampuan lingkungan mereka. Dan yang kedua keturunan mereka sedikit berbeda dari orang tuanya dan dari sesamanya.Darwin menyimpulkan bahwa masing - masing organisme, dalam perjuangan reproduksinya berlomba baik secara langsung ataupun tidak langsung dengan yang lain dari spesies yang sama. Daya jelajah ilmu pengetahuan bukannya serba tak terbatas sebagaimana yang lazim dibayangkan orang kebanyakan, termasuk sejumlah ilmuwan tersohor. Serupa halnya dengan apa pun yang hadir dibumi ini, ia tak bisa mengelak dari keniscayaan hukum logika organik: lahir,tumbuh, memudar, dan lantas berakhir. Tanpa perlu diragukan lagi, ilmu pengetahuan telah menunjukkan pencapaian yang luar biasa setelah sejak empat abad silam menggeser posisi agama sebagai pemegang otoritas pendefinisi kebenaran. Lewat kacamatarasional-empiris, Ia secara menakjubkan telah memberi kita titik terang atas berbagai misteri semesta yang sebelumnya justru tak terbayangkan dan serasa mustahil terpecahkan.Isaac Newton telah membuka sebagian misteri itu melalui hukum gerak dan gravitasi universal. Charles Darwin telah mengungkapkan kunci evolusi makhluk hidup melalui teori seleksi alam. Albert Einstein dengan brilian memberikan kita pemahaman tentang konsep relativitas. BegitupunFrancis Crick dan James Watson yang menemukan kunci mendasar kehidupan, struktur double-helix DNA. Berseberangan dengan iman yang selama ini diyakini para ilmuwan yang menganggap bahwa satu temuan baru akan melahirkan seribu pertanyaan baru, John Horgan memiliki pandangan pesimistis jika pertanyaantersebut disodorkan kepadanya.
             Mengutip penjelasan Gunther Stent, peloporbiologi molekuler, Horgan menegaskan bahwa ilmu pengetahuan mungkin akan berakhir. Akan tetapi, bukan karena adanya skeptisisme kaum akademisiyang sofis, melainkan justru karena ia telah bekerja dengan sangat baik.


REVIEW BUKU V ILMU PENGETAHUAN DAN TANGGUNG JAWAB KITA (Prof . Dr. A.G.M. Van Melsen)

1. Dari Banyak Menjadi Satu
               Bagaimanapun juga, yang pasti ialah bahwa dulu ilmu pengetahuan memperlihatkan kesatuan lebih jelas daripada sekarang. Maka orang mendapat kesan bahwa ilmu pengetahuan telah berkembang dari keadaan bersatu menjadi banyak. Garis perkembangan ini dapat mengherankan, karena rupanya langsung bertentangan dengan sumber inspirasi yang menghasilkan ilmu pengetahuan, yaitu hasrat untuk mencari kesatuan dalam banyak sekali gejala yang ada.
2. Banyaknya Ilmu
               Ada banyaknya ilmu sebetulnya tidak perlu menggangu, sekurang-kurangnya tidak perlu bahwa adanya banyak ilmu bertentangan dengan tendensi ilmu pengetahuan yang fundamental, yaitu mencari kesatuan. Seandainya setiap ilmu khusus memetakan sebagian realitas, maka kita hanya perlu menggabungkan peta-peta itu supaya dapat memperoleh tinjauan yang mencakup seluruh realitas. Walaupun setiap ilmuwan hanya mengenal salah satu peta, namun bersama-sama mereka semua memiliki pandangan yang lengkap, namun demikian, situasi tidak semudah itu.
               Spesialisasi illmu pengetahuan biasanya tidak terjadi karena ilmuwan membatasi diri pada suatu wilayah tertentu. Ilmu-ilmu berbeda satu sama lain, karena digunakan metode-metode yang sangat berlainan untuk menyelidiki, melukiskan dan mengerti realitas. Aristoteles, hal itu dirumuskan sebgai berikut : “ kita berpendapat mempunyai pengetahuan tentang suatu hal, bila kita mengenal penyebab adanya sesuatu dan bila lalu kita ketahui juga hal itu memang begitu karena penyebabnya dan tidak  mungkin duduk persoalan lain.
3. Hubungan Antara Ilmu Pengetahuan Dan Masyarakat : Dulu dan Sekarang
               Perbedaan antara situasi ilmu pengetahuan dulu dan sekarang tentu tidak terbatas pada kesatuan lebih besar yang menandai ilmu pengetahuan di masa lampau. Dulu ilmu pengetahuan praktis tidak mempengaruhi hidup sehari-hari dan di anggap biasa saja, bila ilmu pengetahuan tidak mempunyai konsekuensi dalam hidup kemasyarakatan, karena maknanya sama sekali lain.
               Ilmu pengetahuan bertujuan mengingatkan manusia bahwa selain makhluk alamiah - makhluk yang tersimpul dalam tata susunan alam – ia masih merupakan sesuatu yang lain, yaitu makhluk yang mengetahui tentang dirinya dan dengan demikian juga tentang perbedaan dengan alam. Ilmu pengetahuan bermaksud mendalami pengertian tentang diri manusia dan alam itu, supaya rohani manusia dapat sampai pada inti dirinya.
               Kini fungsi kemasyarakatan dari ilmu pengetahua telah berubah secara radikal. Barangkali masih ada sisa sedikit dari fungsi aslinya harus kita selidiki lagi nanti, tetapi yang pasti ialah bahwa ilmu pengetahuan yang sekarang ini melayani kehidupan sehari- hari menurut segala aspeknya. Tentu saja, dapat dikatakan juga bahwa kita sekarang ini berada dalam semacam gerak spiral, di satu pihak kita harus menggunakan ilmu pengetahuan untuk menjamin kebutuhan-kebutuhan kita yang paling elementer dan di pihak lain keharusan itu sebagian disebabkan karena kita telah mempengaruhi dan mengubah keadaan hidup kita yang natural.
4. Apa Sebabnya Kegunaan Ilmu Pengetahuan Ditemukan
               Perkembangan ilmu pengetahuan inilah dari ilmu pengetahuan yang semata-mata rasional lewat ilmu pengetahuan yang bersifat rasional – empiris menuju ilmu pengetahuan yang bersifat rasional – eksperimental yang telah mengakibatkan diteukannya kegunaan ilmu pengetahuan. Karena itu dengan sendirinya teknik juga mendapat kemungkinan-kemungkinan dan impuls-impuls baru. Ilmu pengetahuan dan pertama-tama ilmu alam mulai mengabdi kepada teknik dan dengan ikut serta dalam keguanaannya. Dimensi – dimensi kehidupan sehari –hari dengan itu telah berubah dengan cara yang tidak disangka – sangka. Ilmu pengetahuan mulai mempengaruhi segala sector kemasyrakatan secara mendalam, sekalipun perkembangan itu semulanya tidak di inginkan oleh ilmu pengetahuan itu sendiri.
5. Sifat Progresif Ilmu Pengetahuan Dewasa Ini.
               Ilmu pengetahuan eksperimental tidak mempunyai lingkup penggalaman yang selalu sama. Dalam dan dengan eksperimen, ilmu pengetahuan senantiasa mewujudkan kemungkinan – kemungkinan baru yang terpendam dalam dank arena itu lingkup penggalamannya diperluas terus menerus.  Dengan demikian dapat dimengerti bahwa sebelum timbulnya ilmu pengetahuan yang bersifat eksperimental aspek progresif ilmu pengetahuan itu hampir tidak dapat dilihat.
6. Tempat “ Prima Principa “ Dalam Filsafat Ilmu Pengetahuan yang Klasik.
               Menurut pandangan Yunani dan Abad Pertengahan, Prima Principa, prinsip-prinsip fundamental dari ilmu pengetahuan, terbuka bagi rasio. Kebenaran prinsip – prinsip itu harus dipastikan dulu, sebelum ilmu pengetahuan dapat dimulai. Maka itu mempraktekan ilmu pengetahuan tidak lain dari pada menarik konsekuensi-konsekuensi logis dari prima princpa ini.
7. Kedudukan “ Primia Principa “ yang Telah Berubah
               Ilmu pengetahuan masih tetap mempunyai cita - cita untuk disalah satu bidang menurunkan dalil sebanyak mungkin dari jumlah aksioma yang sekecil mungkin, menurut aturan - aturan deduksi logis yang tela ditetapkan. Dalam situasi di bidang ilmu alam. Hubungan dengan realitas yang dapat didalami tentu dapat dipertahankan, sperti juga cita-cita aksiomatis.

               Namun demikian, ada perbedaan besar dengan pandangan klasik. Aksioma –aksioma teori ilmu alam atau prima principa ( prinsip – prinsip pertama ) yang digunakan untuk mengadakan deduksi, sekarang tidak merupakan anggapan anggapan yang sudah tersedia bila ilmu alam mulai sebaliknya boleh dikatakan aksioma- aksioma fundamental tidak merupakan titik tolak, melainkan tujuan ilmu pengetahuan.