Powered By Blogger

Kamis, 17 April 2014

REVIEW BUKU II PENGANTAR FILSAFAT ILMU (Prof. Jujun S. Sumantri)

1. ILMU DAN FALSAFAH
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalamkesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri,semacam keberanian untuk berterus terang, sebarapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicaritelah kita jangkau. Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasaragu-ragu dan filsafat dimulai dengan ke dua-duanya        
Istilah Falsafah mengandung banyak pengertian, namun untuk tujuan pembahasan kita, falsafah diartikan sebagai suatu cara berfikir yang radikal dan menyeluruh, suatu cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam – dalamnya. Falsafah menanyakan segala sesuatu dari kegiatan berpikir kita dari awal sampai akhir seperti dinyatakan oleh Socrates, bahwa tugas falsafah yang sebenarnya bukan menjawab pertanyaan kita namun mempersoalkan jawaban yang diberikan. Kemajuan manusia dalam berfalsafah bukan saja diukur dari jawaban yang diberikan namun juga dari pertanyaan yang diajukannya.
Lalu apakah hubungan falsafah dengan ilmu ?, seperti yang diketahui ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang mempunyai cirri-ciri tertentu yang membedakan ilmu dengan pengetahuan pengetahuan lainnya. Falsafah mempelajari masalah ini sedalam dalamnya dan hasil pengkajiannya merupakan dasar bagi eksistensi ilmu. Seperti diketahui pertanyaan pokok itu mencakup masalah tentang apa yang ingin kita ketahui, bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tersebut dan apa nilai keguanannya bagi kita. Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu atau dengan perkataan lain, suatu pengkajiian mengenai teori tentang “ada”. Kemudian bagaimana cara kita mendapatkan pengetahuan mengenai objek tersebut ? untuk menjawab pertanyaan itu maka kita berpaling kepada epistemologi : yakni teori pengetahuan. Akhirnya untuk menjawab pertanyaan ketiga tentang nilai kegunaan nilai pengetahuan tersebut maka kita berpaling kepada axiologi : yakni teori tentang nilai. Setiap bentuk buah pemikiran manusia dapat dikembalikan pada dasar-dasar antologi, epistemologi dan axiologi dari pemikiran yang bersangkutan. Analisis kefalsfahan akan ditinjau dari tiga landasan ini akan membawa kita kepada hakekat buah pemikiran tersebut.


2. DASAR ONTOLOGI ILMU
Pengetahuan keilmuan mengenai obyek empiris ini pada dasarnya merupakan abstraksi yang disederhanakan. Penyederhanaan ini perlu, sebab kejadian alam yang sesungguhnya begitu kompleks, dengan sampel dari berbagai faktor yang terlibat di dalamnya. Ilmu tidak bermaksud “ memotret “ atau “ mereproduksikan “ suatu kejadian tertentu dan mengabstraksikannya dalam bahasa keilmuan. Ilmu bertujuan untuk mengerti mengapa hal itu terjadi, dengan membatasi diri pada hal-hal asasi.
Secara lebih terperinci ilmu mempunyai tiga asumsi mengenai obyek empiris. Asumsi pertama menganggap obyek-obyek tertentu memiliki kerupaan satu sama lain, umpamanya dalam hal bentuk, struktur, sifat dan sebagainya. Asumsi kedua adalah anggapan bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu. kegiatan keilmuan bertujuan mempelajari tingkah laku suatu obyek dalam suatu keadaan tertentu. Asumsi yang ketiga yaitu determinisme yaitu tiap gejala memiliki pola tertentu yang bersifat tetap dengan urutan-urutan kejadian yang sama.
3. DASAR EPISTIMOLOGI ILMU
Epistimologi, atau teori pengetahuan, membahas secara mendalam segenap proses yang terlihat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan. Ilmu merupakan pengalaman yag didapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan. Metode inilah yang membedakan ilmu dengan buah pikiran yang lainnya. Atau dengan perkataan lain, ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh dengan menerapkan metode kelimuan. Karena ilmu merupakan sebagian dari pengetahuan, yakni pengetahuan yang memiliki sifat-sifat tertentu, maka ilmu dapat juga disebut pengetahuan kelimuan.
3. DASAR AXIOLOGI ILMU
Sampailah pada sebuah pertanyaan : apakah kegunaan ilmu itu bagi kita ? tak dapat disangkal lag jika ilmu telah banyak mengubah dunia dalam memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan dan berbagai wajah kehidupan yang duka. Namun apakah selalu demikian ilmu selalu merupakan berkat dan penyelamat bagi manusia. Tetapi di pihak lain hal ini bisa juga berakibat sebaliknya, yakni membawa manusia kepada penciptaan bom atom yang menimbulkan malapetaka.
A. KEGIATAN KEILMUAN SEBAGAI SEBUAH PROSES         
Metode kelimuan, sebagai suatu perkawinan antara rasionalisme dan empirisme, sudah dipergunakan oleh Galileo (1564-1642) dan Newton (1642-1727) dalam penyelidikan – penyelidikan mereka. Metode keilmuan merupakan suatu cara berpikir dalam mencari pengetahuan. Manusia berpikir ketika mendapatkan masalah. Masalah itu bisa bermacam – macam, dari masalah yang sepele sampe masalah yang sangat mustahil. Kegiatan keilmuan mengenal dua bentuk masalah. Bentuk yang pertama  merupakan masalah yang belum pernah diselidiki sebelumnya, sehingga jawaban atas permasalahn tersebut merupakan pengetahuan baru.
Bentuk yang kedua mempelajari masalah yang berupa konsekuensi praktis dari pengetahuan yang tekah diketahui sebelumnya. Hipotesis merupakan dugaan mengenai hubungan antara faktor-faktor yang terlibat dalam suatu masalah. Dugaan ini memungkinkan kita untuk menjelaskan hakekat suatu gejala.
B. METODE KEILMUAN : SEBUAH SKEMA

Dunia rasional dan dunia empiris membentuk sebuah dunia keilmuan yang merupakan gabungan dari kedua dunia tersebut. Dunia rasional adalah koheren, logis dan sistematis, dengan logika deduktif sebagai sendi pengikatnya. Di pihak lain terdapat dunia empiris yang obyektif dan berorientasi kepada fakta sebagaimana adanya. Kesimpulan umum yang ditarik dari dunia empiris secara induktif merupakan batu ujian kenyataan dalam menerima atau menolak suatu kebenaran. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar