1.
ILMU DAN FALSAFAH
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak
semuanya akan pernah kita ketahui dalamkesemestaan yang seakan tak terbatas
ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri,semacam keberanian untuk
berterus terang, sebarapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicaritelah kita
jangkau. Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan
rasaragu-ragu dan filsafat dimulai dengan ke dua-duanya
Istilah Falsafah mengandung banyak
pengertian, namun untuk tujuan pembahasan kita, falsafah diartikan sebagai
suatu cara berfikir yang radikal dan menyeluruh, suatu cara berpikir yang
mengupas sesuatu sedalam – dalamnya. Falsafah menanyakan segala sesuatu dari kegiatan
berpikir kita dari awal sampai akhir seperti dinyatakan oleh Socrates, bahwa
tugas falsafah yang sebenarnya bukan menjawab pertanyaan kita namun
mempersoalkan jawaban yang diberikan. Kemajuan manusia dalam berfalsafah bukan
saja diukur dari jawaban yang diberikan namun juga dari pertanyaan yang
diajukannya.
Lalu apakah hubungan falsafah
dengan ilmu ?, seperti yang diketahui ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang
mempunyai cirri-ciri tertentu yang membedakan ilmu dengan pengetahuan
pengetahuan lainnya. Falsafah mempelajari masalah ini sedalam dalamnya dan hasil
pengkajiannya merupakan dasar bagi eksistensi ilmu. Seperti diketahui
pertanyaan pokok itu mencakup masalah tentang apa yang ingin kita ketahui,
bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tersebut dan apa nilai keguanannya bagi
kita. Ontologi membahas tentang apa
yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu atau dengan perkataan
lain, suatu pengkajiian mengenai teori tentang “ada”. Kemudian bagaimana cara
kita mendapatkan pengetahuan mengenai objek tersebut ? untuk menjawab
pertanyaan itu maka kita berpaling kepada epistemologi
: yakni teori pengetahuan. Akhirnya untuk menjawab pertanyaan ketiga tentang
nilai kegunaan nilai pengetahuan tersebut maka kita berpaling kepada axiologi :
yakni teori tentang nilai. Setiap bentuk buah pemikiran manusia dapat dikembalikan
pada dasar-dasar antologi, epistemologi dan axiologi dari pemikiran yang
bersangkutan. Analisis kefalsfahan akan ditinjau dari tiga landasan ini akan
membawa kita kepada hakekat buah pemikiran tersebut.
2. DASAR ONTOLOGI ILMU
Pengetahuan keilmuan mengenai obyek
empiris ini pada dasarnya merupakan abstraksi yang disederhanakan.
Penyederhanaan ini perlu, sebab kejadian alam yang sesungguhnya begitu
kompleks, dengan sampel dari berbagai faktor yang terlibat di dalamnya. Ilmu
tidak bermaksud “ memotret “ atau “ mereproduksikan “ suatu kejadian tertentu
dan mengabstraksikannya dalam bahasa keilmuan. Ilmu bertujuan untuk mengerti
mengapa hal itu terjadi, dengan membatasi diri pada hal-hal asasi.
Secara lebih terperinci ilmu
mempunyai tiga asumsi mengenai obyek empiris. Asumsi pertama menganggap
obyek-obyek tertentu memiliki kerupaan satu sama lain, umpamanya dalam hal
bentuk, struktur, sifat dan sebagainya. Asumsi kedua adalah anggapan bahwa suatu
benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu. kegiatan keilmuan
bertujuan mempelajari tingkah laku suatu obyek dalam suatu keadaan tertentu.
Asumsi yang ketiga yaitu determinisme yaitu tiap gejala memiliki pola tertentu
yang bersifat tetap dengan urutan-urutan kejadian yang sama.
3. DASAR EPISTIMOLOGI
ILMU
Epistimologi, atau teori
pengetahuan, membahas secara mendalam segenap proses yang terlihat dalam usaha
kita untuk memperoleh pengetahuan. Ilmu merupakan pengalaman yag didapat
melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan. Metode inilah yang
membedakan ilmu dengan buah pikiran yang lainnya. Atau dengan perkataan lain,
ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh dengan menerapkan metode kelimuan.
Karena ilmu merupakan sebagian dari pengetahuan, yakni pengetahuan yang
memiliki sifat-sifat tertentu, maka ilmu dapat juga disebut pengetahuan
kelimuan.
3. DASAR AXIOLOGI ILMU
Sampailah pada sebuah pertanyaan :
apakah kegunaan
ilmu itu bagi kita ? tak dapat disangkal lag jika ilmu telah banyak mengubah
dunia dalam memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan dan berbagai wajah
kehidupan yang duka. Namun apakah selalu demikian ilmu selalu merupakan berkat
dan penyelamat bagi manusia. Tetapi di pihak lain hal ini bisa juga berakibat
sebaliknya, yakni membawa manusia kepada penciptaan bom atom yang menimbulkan
malapetaka.
A. KEGIATAN
KEILMUAN SEBAGAI SEBUAH PROSES
Metode kelimuan, sebagai suatu
perkawinan antara rasionalisme dan empirisme, sudah dipergunakan oleh Galileo (1564-1642)
dan Newton (1642-1727) dalam penyelidikan – penyelidikan mereka. Metode
keilmuan merupakan suatu cara berpikir dalam mencari pengetahuan. Manusia
berpikir ketika mendapatkan masalah. Masalah itu bisa bermacam – macam, dari
masalah yang sepele sampe masalah yang sangat mustahil. Kegiatan keilmuan
mengenal dua bentuk masalah. Bentuk yang pertama merupakan masalah yang belum pernah
diselidiki sebelumnya, sehingga jawaban atas permasalahn tersebut merupakan
pengetahuan baru.
Bentuk yang kedua mempelajari masalah yang berupa
konsekuensi praktis dari pengetahuan yang tekah diketahui sebelumnya. Hipotesis
merupakan dugaan mengenai hubungan antara faktor-faktor yang terlibat dalam
suatu masalah. Dugaan ini memungkinkan kita untuk menjelaskan hakekat suatu
gejala.
B. METODE
KEILMUAN : SEBUAH SKEMA
Dunia rasional dan dunia empiris membentuk sebuah
dunia keilmuan yang merupakan gabungan dari kedua dunia tersebut. Dunia
rasional adalah koheren, logis dan sistematis, dengan logika deduktif sebagai
sendi pengikatnya. Di pihak lain terdapat dunia empiris yang obyektif dan
berorientasi kepada fakta sebagaimana adanya. Kesimpulan umum yang ditarik dari
dunia empiris secara induktif merupakan batu ujian kenyataan dalam menerima
atau menolak suatu kebenaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar