Ø LATAR BELAKANG
Segala
sesuatu yang ada awalnya pasti ada akhirnya. Kebenaran pernyataan
tersebut tidak perlu diragukan lagi. Segala sesuatu yang ada awalnya pasti
mempunyai kelahiran dan diciptakan. Implikasinya maka iapasti akan menemui
akhirnya atau kematiannya. Begitu juga dengan ilmu pengetahuan (science) yang lahir sejak manusia pertama ada di
dunia inimemikirkan tentang alam semesta tempat ia tinggal, seharusnya memiliki
akhir dimana setelah itu tidak ada lagi ilmu pengetahuan. Ketika upaya manusia
untuk membongkar alam semesta ini berakhir.
Filsafat hingga Ilmu Sosial
dijelaskan pula bagaimana cabang-cabang ilmu pengetahuan tersebut telah
mencapai kemajuan yang luar biasa pesat beberapa abad terakhir ini. Tetapi
ironinya, kemajuan tersebut telah membawa ilmuwan kepada sebuah tembok yang tak
bisa ditembus, tak bisa dijangkau. Ketidakberdayaan manusia menjangkau tembok
tersebut akhirnya justru membunuh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sudah
mati, sains sudah selesai. Saat itu sebagaimana dituliskan tak ada lagi yang
perlu dibuktikan, tak ada lagi yang perlu dicapai, tak ada lagi yang lebih
menarik.Ilmu pengetahuan telah mencapai titik nadinya.
Ø
KONSERVATISME ILMU PENGATAHUAN
Budaya ilmiah pernah
jauh lebih kecil dan karena itu lebih rentan dengan perubahan yang cepat. Kini
ilmu pengetahuan telah menjadi birokrasi intelektual, sosial dan politik yang
besar, yang sukar ditandingi. Stuart. Kauffman, dalam percakapan kami, membandingkan
konservatisme ilmu pengetahuan dengan konservatisme biologi evolusioner, dimana
sejarah secara sungguh-sungguh menghambat perubahan. Tidak hanya ilmu
pengetahuan tapi system-sistem gagasan lainnya terutama gagasan-gagasan yang
memiliki konsekuensi social besar cenderung untuk “stabil dan membeku”
selamanya. Kauffman menampilkan alasan yang sempurna kenapateori-teorinya yang
radikal tentang asal-usul kehidupan dan asal-usul tatananbiologi selalu
tertolak. Jika ada gagasan ilmiah yang membuktikankemampuannya untuk mengatasi
semua penentangnya, maka gagasan itu adalah teori evolusi darwin.
Ø ASAL- USUL KEHIDUPAN YANG MISTERIUS
Jika
seorang penganut kreasionisme, akan berhenti menyerang teori evolusi, yang
sangat didukung oleh catatan fosil dan memfokuskan perhatian pada asal-usul
kehidupan. Teori asal-asul kehidupan merupakan sasis penopang paling lemah bagi
biologi modern. Asal-usul kehidupan adalah mimpi penulis ilmu pengetahuan.
Teori ini dipenuhi oleh ilmuan dan teori-teori eksotik, yang belum pernah
sepenuhnya ditinggalkan atau diterima,hanya terus berlaku dan ketinggalan
zaman.
Salah
satu peneliti asal-usul kehidupan yang paling rajin dan dihormati adalah
Stanley Miller. Hasil penelitian miller ini tampaknya menyajikan bukti menarik
bahwa kehidupan boleh jadi berasal dari apa yang disebut ahli kimia Inggris
J.B.S Haldane sebagai “sop purba”. Setelah percobaan pada tahun 1953, Miler
mendedikasikan dirinya untuk mencari rahasia kehidupan. Ia membangun reputasi
baik sebagai pelaku percobaan yang teliti (eksperimentalis) dan seorang
curmudgeon (orang yang cepat mengkritik pekerjaan yang menurutnya jelek). Suatu
hari Miller bersumpah bahwa para ilmuwan akan menemukan molekul yang dapat
memperbanyak dirinya yang menjai pemicu kisah besar evolusi. Ketika Miller
melakukan ercobaannya yang terkenal pada tahun 1953, sebagian besar ilmuan
masih meyakini keyakinan Darwin bahwa protein merupakan calon paling mungkin
bagi molekul yang menciptakan dirinya sendiri, karena protein diperkirakanmampu
memproduksi dan menata diri sendiri. Setelah menemukan bahwa DNA adalah dasar
transmisi genetis dan sintesis protein, banyak penelitimulai mengutamakan
nucleic acids ketimbang protein sebagai molekul purba.Namun pada rintangan
utama dalam skenario ini. DNA tidak meciptakan protein, tidak pula bisa
mengcopy dirinya tanpa bantuan protein katalitas yang disebut enzim. Kenyataan
ini bahwa teka-teki asal usul kehidupan pada permasalahan klasik telur dan ayam
mana yang duluan, protein atau DNA? Para ilmuwan mungkin menemukan bukti
kehidupan di luar bumi dimasa depan. Penemuan seperti itu akan menggabungkan
semua ilmupengetahuan, filsafat, dan pemikiran manusia.
Stepen
Jay Gould dan RichardDawkins mungkin bisa memantapkan argumentasi mereka
tentang apakahseleksi alam adalah fenomena kosmis atau hanya fenomena
terestrial saja(meskipun masing-masing tak diragukan lagi akan menemukan bukti
yangmenguatkan pandangan mereka). Pada buku ini Darwin mendasari teori seleksi
alamnya dengan duapenelitian yaitu pertama tumbuhan dan hewan biasanya
melahirkan banyak keturunan melebihi kemampuan lingkungan mereka. Dan yang
kedua keturunan mereka sedikit berbeda dari orang tuanya dan dari
sesamanya.Darwin menyimpulkan bahwa masing - masing organisme, dalam perjuangan
reproduksinya berlomba baik secara langsung ataupun tidak langsung dengan yang
lain dari spesies yang sama. Daya jelajah ilmu pengetahuan bukannya serba tak
terbatas sebagaimana yang lazim dibayangkan orang kebanyakan, termasuk sejumlah
ilmuwan tersohor. Serupa halnya dengan apa pun yang hadir dibumi ini, ia tak
bisa mengelak dari keniscayaan hukum logika organik: lahir,tumbuh, memudar, dan
lantas berakhir. Tanpa perlu diragukan lagi, ilmu pengetahuan telah menunjukkan
pencapaian yang luar biasa setelah sejak empat abad silam menggeser posisi
agama sebagai pemegang otoritas pendefinisi kebenaran. Lewat
kacamatarasional-empiris, Ia secara menakjubkan telah memberi kita titik terang
atas berbagai misteri semesta yang sebelumnya justru tak terbayangkan dan
serasa mustahil terpecahkan.Isaac Newton telah membuka sebagian misteri itu
melalui hukum gerak dan gravitasi universal. Charles Darwin telah mengungkapkan
kunci evolusi makhluk hidup melalui teori seleksi alam. Albert Einstein dengan
brilian memberikan kita pemahaman tentang konsep relativitas. BegitupunFrancis
Crick dan James Watson yang menemukan kunci mendasar kehidupan, struktur
double-helix DNA. Berseberangan dengan iman yang selama ini diyakini para
ilmuwan yang menganggap bahwa satu temuan baru akan melahirkan seribu
pertanyaan baru, John Horgan memiliki pandangan pesimistis jika
pertanyaantersebut disodorkan kepadanya.
Mengutip
penjelasan Gunther Stent, peloporbiologi molekuler, Horgan menegaskan bahwa
ilmu pengetahuan mungkin akan berakhir. Akan tetapi, bukan karena adanya skeptisisme
kaum akademisiyang sofis, melainkan justru karena ia telah bekerja dengan
sangat baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar