Jawa Timur merupakan sebuah provinsi ditimur
Pulu Jawa, salah satu provinsi terbesar di
Indonesia. Luas wilayahnya 47.922 km², dan jumlah penduduknya
37.476.757 jiwa (2010). Jawa Timur memiliki
wilayah terluas di antara 6 provinsi di Pulau Jawa (https://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timur) dengan luas wilayahyang begitu besar danpertumbuhan penduduk
yang semakin padat menjadikan masalah Jawa Timur begitu kompleks dari masalah
sosial,ekonomi dan budaya. Masyarakat jawa timur memiliki karakteristik yang
masih kental dengan adat jawa yang terkenal sopan santun, hal ini banyak
dikaitkan dengan jawa timur pernah menjadi ibu kota kerajaan terbesar
dinusantara yaitu Majapahit. Ditambah lagi adanya masyarakat madura yag kental
akan budaya agamisnya menjadikan hal ini berjalan berkesinambungan satu dengan
yang lain.
Kompleksnya permasalahan dijawa timur tentu
harus didukung dengan adanya kebijakan politik yang diambil oleh pemangku kebijakan
dalam rangka mensejahterakan masyarakat jawa timur. Pemegang pucuk kepemimpinan
dijawa timur harus orang yang benarbenar meiliki integritas yang tinggi yang
benar-benar punya komitmen untuk mensejahterakan rakyat.
Era globalisasi yang semakin maju saat ini
menjadikan “PR” tersendiri bagi para elit politik dalam mempersiapkan
pemimpinnya untuk diusung di jawa timur. Era reformasi saat initentu berbeda
jauh dengan era orde baru atau orde lama. Era orde baru yang lalu masih
dihantui dengan kondisi politik yang tidak menentu sehingga pemimpin jawa timur
haruslah benar-benar yang tegas untuk bisa sigap menangani permasalahan. Ketegasan
saat itu sampai ada anggapan yang mengartikan haruslah mantan militer yang
memimpin jawa timur. Namun anggapan tersebut kandas setelah era reformasi yang
begitu berkembang pesat, keterbukaan informasi yang begitu luas dan kondisi
perkembangan zaman yang begitu cepat pasca terpilihnya Pak Dhe Karwo (Drs. H.
Soekarwo, M.Hum) sebagai Gubernur Jatim lewat pemilihan langsung oleh
masyarakat jawa timur. Pak Dhe mampu menjawab semuanya bahwa sipil juga sudah
mampu menjadi pemimpin yang didambakan rakyat. Pribadi yang terkenal dengan
senyuman dan kesantunannya dianggap masyarakat sebagai representasi dari
kepribadian masyarakat jawa timur yang asli.
Kepemimpinan jawa timur kedepan tentunya harus
mengedepankan pembangunan berkelanjutan, tidak harus separtai denganpemimpin
sebelumnya tapi pembangunan yang belum tuntas harus mampu dilanjutkan sebelum
membuat rencana pembangunan baru. Pembangunan yang dimaksud adalah pembangunan infrastruktur
guna menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat jawa timur, baik itu pembangunan
sektor pertanian, perkebunan, perikanan maupun sektor usaha yang lain. Runtuh dan
mundurnya suatu bangsa adalah selalu adanya perubahan frame pembangunan dari
setiap pergantian pemimpin, tentu hal ini jangan sampai terjadi dijawa timur. Seburuk-buruknya
pemimpin pasti masih ada baiknya, kebaikan inilah yang perlu diwariskan dan
diteruskan oleh penerusnya.
Perkembagan yang tak kalah pentingnya adalah
pembangunan sektor sosial dan moral manusianya. Jangan sampai infrastruktur
dibangun dengan begitu bagus tapi kehidupan sosial makin terkikis, jangan
samapai rasa gotong royong dan “tepo sliro” antar masyarakat yangmenjadikan
ciri khas masyarakat jawa timur justru hilang dengan dibangunnya infrastruktur
yang semakin modern. Moral manusianya semakin rusak dengan masuknya budaya
asing yang tanpa difilter terlebih dahulu. Tentu ini masih jadi garapan serius
untuk pemimpin jawa timur yang selanjutnya. Seperti yang kita lihat saat ini
banyak sekali kegiatan remaja yang semakin tidak produktif seperti balap liar
dan minum minuman keras, bahkan masih banyak kasus tindakan asusila yang
melibatkan remaja dibawah umur.
Melihat dengan kacamata itu semuanya tentu pemimpin
jawa timur selanjutnya harus memiliki visi yang jelas, misi yang lugas sehingga
mampu diterjemahkan dalam sebuah program kerja yang riil untuk pembangunan
berkelanjutan di jawa timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar